... KISAH CINTA ABU MUBARAK ...

Sabtu, 01 Desember 2012

Inilah kisah indah percintaan seorang tabi’in mulia. Namanya Mubarak. Dulu, Mubarak itu seorang hamba. Tuannya memerdekakannya karena keluhuran budi pekerti dan kejujurannya. Setelah merdeka ia bekerja pada seorang kaya raya yang memiliki kebun delima yang cukup luas. Ia bekerja sebagai penjaga kebun itu. Keramahan dan kehalusan tutur sapanya, membuatnya dise nangi semua temannya dan penduduk di sekitar kebun. Suatu hari pemilik kebun itu memanggilnya dan berkata: “Mubarak, tolong petikkan buah delima yang manis dan masak..!” Mubarak seketika itu bergegas ke kebun. Ia memetikkan beberapa buah dan membawanya pada Tuannya. Ia menyerahkan pada Tuannya. Majikannya mencoba delima itu dengan penuh semangat. Namun apa yang terjadi, ternyata delima yang dipetik Mubarak rasanya masam dan belum masak. Ia mencoba satu persatu dan semuanya tidak ada yang manis dan masak.. Pemilik kebun itu gusar dan berkata: ”Apakah kau tidak dapat membedakan mana yang masak dan yang belum masak..? Mana yang manis dan mana yang masam..?” “Maafkan saya Tuan, saya sama sekali belum pernah merasakan delima. Bagaimana saya dapat merasakan yang manis dan yang kecut,” jawab Mubarak. “Apa..? Kamu sudah sekian tahun bekerja di sini dan menjaga kebun delima yang luas yang telah berpuluh kali berbuah dan kau katakan belum merasakan delima. Kau berani berkata seperti itu..!” Pemilik kebun itu marah merasa dipermainkan. “Demi Allah Tuan, saya tidak pernah memetik satu butir buah delima pun. Bukankah anda hanya memerintahkan saya menjaganya dan tidak memberi izin pada saya untuk memakannya..? lirih Mubarak. Mendengar ucapan itu pemilik kebun itu tersentak. Namun ia tidak langsung percaya begitu saja. Ia lalu pergi bertanya kepada teman-teman Mubarak dan tetangga disekitarnya tentang kebenaran ucapan Mubarak. Teman-temannya mengakui tidak pernah melihat Mubarak makan buah delima. Juga tetangganya. Seorang temannya bersaksi: “Ia seorang yang jujur, selama ini tidak pernah berbohong. Jika ia tidak pernah makan satu buah pun sejak bekerja disini berarti itu benar.” *** Kejadian itu benar-benar menyentuh hati sang pemilik kebun. Diam-diam ia kagum dengan kejujuran pekerjanya itu. Untuk lebih meyakinkan dirinya, ia kembali memanggil Mubarak: “Mubarak..,!! sekali lagi, apakah benar kau tidak makan satu buah pun selama menjaga kebun ini..?” “Benar Tuan.” “Berilah aku alasan yang dapat aku terima..!” “Aku tidak tahu apakah Tuan akan menerima penjelasanku apa tidak. Saat aku pertama kali datang untuk bekerja menjaga kebun ini, Tuan mengatakan tugas saya hanya menjaga. Itu aqadnya. Tuan tidak mengatakan aku boleh merasakan delima yang aku jaga. Selama ini aku menjaga agar perutku tidak dimasuki makanan yang syubhat apalagi haram. Bagiku karena tidak ada izin yang jelas dari Tuan, maka aku tidak boleh memakannya.” “Meskipun itu delima yang jatuh di tanah, Mubarak..?” “Ya, meskipun delima yang jatuh ditanah. Sebab itu bukan milikku, tidak halal bagiku. Kecuali jika pemiliknya mengizinkan aku boleh memakannya.” Kedua mata pemilik kebun itu berkaca-kaca. Ia sangat tersentuh dan terharu. Ia mengusap air matanya dengan sapu tangan dan berkata, “Hai Mubarak, aku hanya memiliki seorang anak perempuan. Menurutmu aku mngawinkannya dengan siapa..?” Mubarak menjawab: “Orang-orang Yahudi mengawinkan anaknya dengan seseorang karena harta. Orang Nasrani mengawinkan karena keindahan. Dan orang Arab mengawinkan karena nasab dan keturunannya. Sedangkan orang Muslim mengawinkan anaknya pada seseorang karena melihat iman dan taqwanya. Tuan.. tinggal memilih, mau masuk golongan yang mana..? Dan kawinkanlah puterimu dengan orang yang tuan anggap satu golongan dengan tuan.” Pemilik kebun berkata:”Aku rasa tak ada orang yang lebih bertakwa darimu.” Akhirnya pemilik kebun itu mengawinkan puterinya dengan Mubarak. Puteri pemilik kebun itu ternyata gadis cantik yang solehah dan cerdas. Ia hafal kitab Allah dan mengerti sunnah NabiNya. Dengan kejujuran dan ketaqwaan, Mubarak memperoleh nikmat yang agung dari Allah SWT. Ia hidup dalam syurga cinta. Dari percintaan pasangan mulia itu lahirlah seorang anak lelaki yang diberi nama“Abdullah” Setelah dewasa anak ini dikenal dengan sebutan “Imam Abdullah bin Mubarak” atau “Ibnu Mubarak”, seorang ulama di kalangan tabi’in yang sangat terkenal. Selain dikenali sebagai ahli hadis, Imam Abdullah bin Mubarak juga dikenali sebagai ahli zuhud. Kedalaman ilmu dan ketaqwaannya banyak diakui ulama pada zamannya. Inilah Buah cinta yang Berasaskan Ketaqwaan, semoga kita dianugerahkan cinta yang disertai ketaqwaan Semoga..

0 komentar:

Posting Komentar