::Palestina, Fakultas: Seni Kematian::

Selasa, 27 November 2012

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke d alam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. ” (QS. Al-Imran:185) ~~ Setiap kita, sedang melakukan perjalanan menuju tujuan yang sama, kematian. Suka tidak suka, senang maupun sedih, tua atau muda, sakit dan sehat, ketika waktu hidup kita diputuskan habis oleh Penguasa kita, maka kita tidak bisa menawar, menolak, memundurkan waktu, atau bersembunyi dari nya. Tetapi, di sisi lain, kebanyakan kita justru menganggap kematian sebagai sesuatu yang menakutkan, menyedihkan, mengerikan, menyakitkan dan lain sebutan bagi sesuatu yang begitu sangat kita hindari. Pasti datang, cepat atau lambat, tapi dihindari? Wow.. Mungkinkah? Sobat semua, kita semua tentu sepakat dengan jawabannya, tidak mungkin! Hiii..Kita mati? Kapan? Bagaimana rasanya? Apakah kita sudah siap? Siap menjemput kematian, siap menyambut dengan suka cita, siap tersenyum ketika datang? Mati dengan suka cita, mungkinkah? Demi (Malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, Dan (Malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut, (QS An Nazi’at: 1-2). Dari firman Allah swt, jelas buat kita, ada yang mati dengan kondisi yang sangat menderita, “demi malaikat yang mencabut nyawa dengan keras”; ada yang mati dengan kondisi yang menyenangkan,”dan malaikat-malaikat yang mencabut nyawa dengan lemah lembut”. Palestina adalah tempat yang pas buat kita untuk belajar seni kematian. Dari kematian, yang paling mengerikan, menghinakan, menjijikkan, sampai kematian yang menyenangkan, bertaburan wangi aroma kesturi dan senyum-senyum yang menawan. Yup.. Palestina adalah universitas kehidupan, dengan hanya memiliki satu fakultas, dengan satu pilihan jurusan, “seni kematian”. Gelar terbaik dan tertinggi pada “Universitas Palestina” adalah gelar syuhada. Al Qur’an menyebutkan bahwa kesyahidan merupakan anugerah nikmat dari Allah bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Anugerah ini menghantarkan pemiliknya kepada kesempurnaan hidup, keberuntungan dan kebahagiaan. Allah berfirman: “Mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. Al Nisaa: 69) Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Ali Imran: 169-170) Berkaitan dengan hal ini Dr. Abdullah Azzam menceritakan pengalamannya, “dan sungguh kami telah melihat sebagian dari bukti-bukti yang jelas, yang menunjukkan secara nyata bahwa para syuhada’ itu hidup.” Umar Hanif menceritakan kepadaku (Abdullah Azzam), dia berkata, “aku telah membuka dengan tanganku dua belas kuburan para syuhada’. Maka aku tidak mendapati seorang syahidpun yang berubah jasadnya; dan aku lihat sebagian meraka tumbuh jenggotnya dan panjang kukunya di dalam kubur.” Ya Allah, karena kematian pasti mendatangi kami, maka bantulah, tolonglah dan layakkan diri kami yang hina ini, untuk mendapatkan kematian sebagai seorang syuhada.. Sumber Page FB : Forgiveness Allah Bagikan tausiyah ini kepada teman-temanmu dengan meng-klik 'bagikan'/'share' dan undang temen2mu gabung dg klik ‘Invite Your Friends’ Foto: ♥ Bismillaahir Rahmaanir Rahiim ♥ ::Palestina, Fakultas: Seni Kematian:: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. ” (QS. Al-Imran:185) ~~ Setiap kita, sedang melakukan perjalanan menuju tujuan yang sama, kematian. Suka tidak suka, senang maupun sedih, tua atau muda, sakit dan sehat, ketika waktu hidup kita diputuskan habis oleh Penguasa kita, maka kita tidak bisa menawar, menolak, memundurkan waktu, atau bersembunyi dari nya. Tetapi, di sisi lain, kebanyakan kita justru menganggap kematian sebagai sesuatu yang menakutkan, menyedihkan, mengerikan, menyakitkan dan lain sebutan bagi sesuatu yang begitu sangat kita hindari. Pasti datang, cepat atau lambat, tapi dihindari? Wow.. Mungkinkah? Sobat semua, kita semua tentu sepakat dengan jawabannya, tidak mungkin! Hiii..Kita mati? Kapan? Bagaimana rasanya? Apakah kita sudah siap? Siap menjemput kematian, siap menyambut dengan suka cita, siap tersenyum ketika datang? Mati dengan suka cita, mungkinkah? Demi (Malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, Dan (Malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut, (QS An Nazi’at: 1-2). Dari firman Allah swt, jelas buat kita, ada yang mati dengan kondisi yang sangat menderita, “demi malaikat yang mencabut nyawa dengan keras”; ada yang mati dengan kondisi yang menyenangkan,”dan malaikat-malaikat yang mencabut nyawa dengan lemah lembut”. Palestina adalah tempat yang pas buat kita untuk belajar seni kematian. Dari kematian, yang paling mengerikan, menghinakan, menjijikkan, sampai kematian yang menyenangkan, bertaburan wangi aroma kesturi dan senyum-senyum yang menawan. Yup.. Palestina adalah universitas kehidupan, dengan hanya memiliki satu fakultas, dengan satu pilihan jurusan, “seni kematian”. Gelar terbaik dan tertinggi pada “Universitas Palestina” adalah gelar syuhada. Al Qur’an menyebutkan bahwa kesyahidan merupakan anugerah nikmat dari Allah bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Anugerah ini menghantarkan pemiliknya kepada kesempurnaan hidup, keberuntungan dan kebahagiaan. Allah berfirman: “Mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. Al Nisaa: 69) Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Ali Imran: 169-170) Berkaitan dengan hal ini Dr. Abdullah Azzam menceritakan pengalamannya, “dan sungguh kami telah melihat sebagian dari bukti-bukti yang jelas, yang menunjukkan secara nyata bahwa para syuhada’ itu hidup.” Umar Hanif menceritakan kepadaku (Abdullah Azzam), dia berkata, “aku telah membuka dengan tanganku dua belas kuburan para syuhada’. Maka aku tidak mendapati seorang syahidpun yang berubah jasadnya; dan aku lihat sebagian meraka tumbuh jenggotnya dan panjang kukunya di dalam kubur.” Ya Allah, karena kematian pasti mendatangi kami, maka bantulah, tolonglah dan layakkan diri kami yang hina ini, untuk mendapatkan kematian sebagai seorang syuhada.. Sumber Page FB : Forgiveness Allah Bagikan tausiyah ini kepada teman-temanmu dengan meng-klik 'bagikan'/'share' dan undang temen2mu gabung dg klik ‘Invite Your Friends’

0 komentar:

Posting Komentar